Lukisan kaca Semar mega mendung
Lukisan kaca semar mega mendung - Pada artikel kali ini Saya ingin meperkenalkan lukisan kaca terbaru yang telah selesai dibuat oleh kakak Saya sendiri. Dalam artikel sebelumnya tentang lukisan kaca burung di taman bambu terdapat sedikit cerita inspirasi yang mendasari terciptanya lukisan kaca burung di taman bambu tersebut, dan kali ini Saya juga ingin berbagi cerita tentang lukisan kaca semar mega mendung.
Siapakah Semar?
Ada baiknya jika Saya sedikit bercerita tentang tokoh yang terdapat pada lukisan kaca ini. Dalam naskah serat kanda dikisahkan, penguasa kahyangan yang bernama Sanghyang Nurrasa memiliki dua orang putra bernama Sanghyang Tunggal dan Sanghyang Wenang. Oleh karena Sanghyang Tunggal memiliki wajah yang buruk, maka tahta kahyangan pun diwariskan pada Sanghyang Wenang. Dari Sanghyang Wenang tahta pewarisan tahta kahyangan berlanjut pada putranya yaitu Batara Guru dan Sanghyang Tunggal, dengan nama Semar yang merupakan saudara kandung Sanghyang wenang menjadi pengasuh para ksatria keturunan Batara Guru.
Namun dalam naskah Paramayoga dikisahkan bahwa Sanghyang Tunggal adalah anak dari Sanghyang wenang. Sanghyang Tunggal kemudian menikah dengan Dewi Rakti, seorang putri jin kepiting bernama Sanghyang Yuyut. Dari perkawinan itu lahir sebutir mustika berwujud telur yang kemudian berubah menjadi dua orang pria. Yang berkulit hitam diberi nama Ismaya, dan yang berkulit putih diberi nama Manikmaya. Ismaya merasa rendah diri sehingga Sanghyang Tunggal merasa kurang berkenan, oleh karena itu tahta kanghyangan diwariskan pada Manikmaya yang bergelar Batara Guru. Sementara itu Ismaya hanya diberi kedudukan sebagai penguasa alam Sunyaruri atau tempat tinggal golongan makhluk halus. Putra sulung Ismaya yang bernama Batara Wungkuham memiliki anak berbadan bulat Janggan smarasanta atau lebih dikenal dengan sebutan Semar. Semar menjadi pengasuh keturunan Batara Guru yang bernama Resi Manumanasa dan berlanjut sampai ke anak-cucunya. Dalam keadaan istimewa, Ismaya dapat merasuki Semar sehingga Semar menjadi sosok yang ditakuti, bahkan oleh para Dewa sekalipun. Jadi menurut versi ini Semar adalah cucu dari Ismaya.
Dalam naskah Purwakanda dikisahkan, Sanghyang Tunggal memiliki empat putra bernama Batara Puguh, Batara Punggung, Batara Manan dan Batara Samba. Suatu hari terdengar kabar bahwa tahta kahyangan akan diwariskan kepada Samba. Hal ini membuat ketiga kakaknya menjadi iri. Samba pun diculik dan disiksa hendak dibunuh. Namun perbuatan mereka diketahui oleh Ayah mereka hingga Sanghyang Tunggal mengutuk ketiga putranya menjadi buruk rupa. Puguh berganti nama menjadi Togog sedangkan Punggung menjadi Semar. Keduanya diturunkan ke dunia menjadi pengasuh keturunan Samba yang kemudian bergelar Batara Guru. Sementara itu Manam mendapat pengampunan karena dirinya hanya ikut-ikutan saja. Manan kemudian memiliki gelar Batara Narada dan diangkat menjadi penasehat Batara Guru.
Dalam naskah Purwacarita dikisahkan, Sanghyang Tunggal menikah dengan Dewi Rekatawati putra Sanghyang Rekatatama. Dari perkawinan itu lahir sebutir telur yang bercahaya. Sanghyang Tunggal dengan perasaan kesal membanting telur tersebut sehingga pecah menjadi tiga bagian yaitu cangkang, putih telur dan kuning telur. Ketiganya kemudian menjelma menjadi laki-laki. Yang berasal dari cangkang bernama Antaga, yang berasal dari putih telur bernama Ismaya, sedangkan yang berasal dari kuning telur bernama Manikmaya. Pada suatu hari Antaga dan Ismaya berselisih memperebutkan tahta kahyangan. Keduanya mengadakan lomba memakan gunung. Antaga berusaha menelan gunung dengan sekali telan namun mengalami kecelakaan. Mulutnya robek dan matanya melebar. Ismaya menggunakan cara lain dengan memakan gunung tersebut sedikit demi sedikit. Setelah melewati beberapa hari seluruh bagian gunung pun berpindah ke dalam tubuh Ismaya, namun tidak berhasil dikeluarkan. Akibatnya Ismaya pun sejak saat itu bertubuh bulat. Sanghyang Tunggal murka mengetahui ambisi dan keserakahan kedua putranya. Merekapun dihukum menjadi pengasuh Manikmaya yang diangkat menjadi raja kahyangan bergelar Batara Guru. Antaga dan Ismaya pun turun ke dunia. Masing-masing memakai nama Togog dan Semar.
Spesifikasi Lukisan Kaca Semar
Dengan sentuhan khas Cirebon, Lukisan kaca semar ini dibanderol dengan harga Rp 400.000. Berikut Saya tuliskan spesifikasinya.
Jika Anda tertarik pada lukisan kaca semar mega mendung ini, Anda dapat menghubungi saya di sini atau dengan mengirin email ke ansori.insya@gmail.com atau melalui form email di sini.
Terima kasih telah membaca artikel Lukisan kaca Semar mega mendung. Semoga bermanfaat.
Baca juga: Cara membuat jejaring sosial gratis dengan sharetronix
No comments:
Post a Comment